Puisi dangkal sajalah...
empat-lima-empat-lima-empat-lima
tiada hujan tiada badai engkau datang
sialnya aku menekan tombol canggih dilantai empat
lantai empat menjadi saksi kebodohan
kebodohan siapa? siapa lagi.
empat-lima-empat-lima-empat-lima
merasuk pikiran, membelenggu air mata
sialnya aku tak bisa menelepon malaikat anti-empatlima
sesal memang tak ada, sesak tetap ada
malaikat ternyata sedang tidur pulas dengan bantal awan
bisa tidur pulas? bisa saja.
kebodohan ini membuat aku tidak tidur pulas.
besok aku harus pintar seperti malaikat, supaya bisa tidur pulas.
besok aku menaiki lantai empat disambut dengan decak kagum lantai abu-abu.
besok tidak akan ada sesak lagi, apalagi sesal.
bantu aku mengakhiri puisi dangkal ini dengan kata: AMINNNNN
sialnya aku menekan tombol canggih dilantai empat
lantai empat menjadi saksi kebodohan
kebodohan siapa? siapa lagi.
empat-lima-empat-lima-empat-lima
merasuk pikiran, membelenggu air mata
sialnya aku tak bisa menelepon malaikat anti-empatlima
sesal memang tak ada, sesak tetap ada
malaikat ternyata sedang tidur pulas dengan bantal awan
bisa tidur pulas? bisa saja.
kebodohan ini membuat aku tidak tidur pulas.
besok aku harus pintar seperti malaikat, supaya bisa tidur pulas.
besok aku menaiki lantai empat disambut dengan decak kagum lantai abu-abu.
besok tidak akan ada sesak lagi, apalagi sesal.
bantu aku mengakhiri puisi dangkal ini dengan kata: AMINNNNN
salam,
dhea.
dhea.
Comments